Home » , , » CERBUNG | LIBUR LEBARAN

CERBUNG | LIBUR LEBARAN

Written By Hakim on 12/06/14 | 03.39


"..."
"... Mas Indra pelan-pelan dong masukinnya." Rintihan Melisa yang membuat Indra semakin bernafsu.
"Mas, jangan keluarin di dalam ya. Mas kan gak pakai kondom tadi." Tambah Melisa.
Tak ada sahutan dari Indra yang saat itu sedang menikmati setiap inch tubuh Melisa yang telanjang bulat. Dengan posisi Melisa berada di bawah dan Indra berada di atas tubuh Melisa.
"Arrgh... Arrgh... Arrgh..." Eram Indra yang sepertinya sudah mencapai klimaksnya.
"Mas, jangan keluarin di dalam mas." Kembali Melisa merintih. Satu sisi Melisa khawatir karena Indra tak pakai kondom, dan satu sisi Melisa menikmati senggamanya.
Dan apa yang dilakukan mereka berdua diakhiri dengan eraman Indra yang panjang. Menandakan kalau dia sudah klimaks, dan cairan itu dikeluarkan di dalam.
"Yah, kok dikeluarin di dalam sih mas? Nanti kalau aku hamil bagaimana?" kata Melisa seperti tak khawatir sama sekali.
"Makasih ya. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang seperti tadi." Kata Indra dengan senyum lebar serta memberikan kecupan pada Melisa.
Dan Melisa hanya tersenyum manis menjawabnya. Dalam benak Melisa dan teman-teman yang lain, ketika para lelaki ini merasakan kenikmatan dan kepuasan. Berarti uang yang akan masuk ke mereka juga akan semakin banyak.
Mereka berdua pun segera mengenakan kembali baju-baju yang tadi berserakan di lantai.
"Mel, kapan-kapan lagi ya!" pinta Indra pada Melisa.
Melisa kembali tersenyum. Kata-kata seperti itu, sudah sering dia dengar dari berbagai lelaki yang pernah memakainya. Dan dia selalu menjawabnya dengan senyum manis senjatanya.
Pintu kamar Melisa terbuka. Dina dan teman-teman Melisa yang lainnya saat itu sedang tak ada tamu. Melihat Indra keluar dari kamar terlebih dulu, sontak Dina menyapanya.
"Mas Indra, bagaimana Melisa mas?" teriak Dina dengan rokok yang mengasap dari bibirnya.
Indra hanya tersenyum. Di belakang Indra keluarlah Melisa yang masih mencoba merapikan dandanan rambutnya.
"Mas, kapan-kapan giliran aku ya." Sahut teman Melisa yang lain, Irma.
"Huhuhu." Ledek Dina dan yang lain yang juga duduk bersama Irma.
Indra dan Melisa berjalan bersama. Indra langsung pulang. Bergegas karena hari sudah mulai sore. Sedangkan Melisa menghampiri teman-temannya, yang sedari tadi menyorakinya terus.
"Laris benar kamu Mel. Bagi-bagi tips nya dong!" kata Dina.
"Aku khawatir nih Din. Tadi mas Indra kan gak pakai kondom. Terus dikeluarin di dalam. Nanti kalau aku hamil, bisa diomelin mama." Cerita Melisa.
"Aduh Mel. Kenapa gak kamu suruh pakai kondom?"
"Tadi sebelum masuk kan aku tanya sama kamu. Kamu punya kondom gak? Malah kamu bilang punya kondom bekas. Stok kondomku habis Din."
"Ya kirain kamu bercanda. Jadi aku ya bercanda Mel."
"Terus gimana nih?"
"Sudah tenang saja. Gak bakal hamil kok. Kamu kan baru selesai mens, jadi belum ada tuh calon jabang bayi. Kalau gak salah teorinya pas SMA dulu sih kayak gitu." Jelas Dina.
"Beneran Din?"
"Iya tenang saja." Dina meyakinkan Melisa.
Melisa kembali ke sofa tempatnya tadi. Melanjutkan obrolannya mengenai libur lebaran esok.
"Mel, kamu tadi belum menjawab pertanyaanku soal bagaimana kalau kita tidak diberi ijin sama mama buat libur lebaran?" kata Dina mengingatkan Melisa dengan pertanyaannya tadi.
"Ah, gampang lah Din. Nanti uang setoran, kita tambahin saja biar mama senang. Mata mama kalau udah lihat uang kan jadi luluh."
"Hahaha..." Semua pelacur yang sedang berkumpul itu tertawa mendengar ucapan Melisa.
"Ya semoga saja Mel." Kata Dina ragu.
Sementara itu, di ruangan tempat menerima tamu. Mama sedang berbicara dengan seorang pria berpakaian rapi. Dari lagatnya seperti anggota DPR.
"... Gimana pak? Mau pakai yang mana?" kata mama sembari memperlihatkan foto-foto pelacur-pelacurnya.
"Wah anak-anak ibu cantik-cantik, seksi, montok. Jadi bingung saya mau pakai yang mana."
"Kalau saya boleh usulkan. Yang paling bening di sini Melisa pak. Meskipun dia janda tapi badannya masih kenyal-kenyal. Tapi dia baru saja dipakai pak."
"Aduh sayang baru selesai dipakai, nanti kurang semangat dong."
"Hahaha..." Tawa anggota DPR itu dan mucikari.
"Memangnya mau perang pak, kok pakai semangat segala? Hahaha." Tambah mucikari.
Suasana ruangan itupun penuh dengan helak tawa kedua orang ini. Dan suara tawa mereka berdua sampai di telinga Melisa dan teman-temannya.
"Mel, mama kenapa tuh? Kayaknya lagi dapat durian montong Mel."
"Tahu Din. Dapat pelanggan bagus paling. Tapi itu saat yang tepat Din buat kita minta ijin libur lebaran." Kata Melisa melihat peluang.
"Tapi yang bilang kamu sendiri saja ya. Kami takut Mel."
"Benar!!!" yang lain mendukung.
"Loh, kok aku sendiri? Kan kita liburnya bersama-sama?" ucap Melisa.
"Bukan begitu Mel. Kamu kan anak kesayangan mama. Jadi mungkin saja, kalau kamu yang minta ijin bisa dikabulkan."
Belum sempat Melisa berkata-kata, mama dengan orang yang seperti anggota DPR itu memanggil Dina.
"Dina..." Panggil mama.
Dina beranjak dari tempat duduknya dan mendekati mama.
"Ini om Bram ajak ke kamar. Jangan lupa, dilayani dengan baik. Om Bram kan anggota DPR, jadi pelayanannya harus plus plus plus ya." Kata mama mengingatkan Dina.
“Selamat sore Dina.” Sapa Bram.
“Sore om. Mari om ke kamar.” Ajak Dina segera.
Dina dan Bram itu berjalan menuju kamar. Dan keduanya melewati Melisa dan teman-temannya yang masih duduk-duduk menunggu tamu lainnya dengan berbincang-bincang.
“Sore gadis-gadis, pinjam Dina dulu ya!” ucap Bram menggoda gadis lainnya.
“Jangan digigit ya om.” Sahut Irma.
Bram hanya tersenyum dan melirik Irma dengan tatapan penuh birahinya. Dan terus berjalan sampai Dina dan orang itu masuk ke dalam kamar.
“Dasar lelaki, mau enaknya saja.” Bisik Melisa.
“Tapi kalau tak ada orang-orang yang seperti mereka kita juga tak bisa makan Mel.”
“Kalau saja aku ketua partai dari fraksinya, sudah kupecat dan tak kebiri tuh orang.” Melisa yang sepertinya tak begitu suka dengan Bram.
“Tapi kan kamu hanya pelacur Mel. Hahaha…” Sahut Irma dan semua teman-temannya menertawakan Melisa.
Semua pelacur itu sedang asyik bercengkerama menunggu tamu-tamu yang lain. Berharap agar namanya dipanggil oleh mama. Yang berarti setiap panggilan mama akan mendapatkan uang pamasukan buat mereka.
“Mel… Melisa.” Teriak mama dari dalam ruangan.
“Mel, dipanggil mama tuh. Tumben-tumbenan mama manggil kamu lagi. Biasanya kalau kamu abis dipakai diistirahatkan dulu.” Ucap Irma.
“Tahu Ir. Aku ke sana dulu ya.”
Melisa beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruangan tempat mama memanggilnya. Dan Irma terus memandangi tubuh Melisa yang tampak dari belakang itu memang sangat seksi dan proporsional untuk ukuran badan seorang janda.
“Tok… Tok… Tok…”
“Masuk Mel.”
Melisa dipersilakan masuk dan dia segera duduk saling berhadapan dengan mama.
“Ada apa ma?” Melisa memulai percakapan.
“Soal permintaan kalian untuk libur lebaran besok.” Berhenti sejenak. “Mama mengijinkan teman-temanmu berlibur. Tapi kamu harus tinggal beberapa hari dulu di sini.”
“Loh, kok gitu ma. Memang ada apa?”
“Jadi begini. Kemarin ada yang menelpon mama. Dia pesan satu perempuan untuk melayaninya selama 3 hari di rumahnya. Kemudian dia menyebut nama kamu yang akan menemaninya selama 3 hari.” Cerita mama pada Melisa.
“Tapi mama tahu nggak siapa pria itu? jangan-jangan Cuma main-main?”
“Pertama kali mama juga berfikir seperti itu Mel. Tapi paginya ada orang suruhannya yang memastikan kalau telpon itu benar. Dan kamulah yang pria itu pilih.”
“Mama tahu nama pria itu?” Melisa yang masih penasaran dengan sosok pria itu.
“Mama juga gak dikasih tahu siapa nama pria itu Mel. Kemarin orang suruhannya Cuma meyakinkan mama saja katanya.”
“Ya sudah kalau begitu. Aku kembali dulu ma.”
“Oh ya Mel. Kamu kan gadis kesayangan mama, jadi tolong ya!” pinta mama.
“Iya ma. Aku gak kabur kok.”
Melisa kembali ke teman-temannya dan melihat kamar dimana Dina dan Bram mengadu badan sudah terbuka. Terlihat dari kamar tersebut Dina keluar terlebih dulu, sedangkan Bram keluar setelah Dina.
“Lain kali lagi ya Din.” Ucap Bram sembari menepuk pantat Dina.
“Ih apa-apaan sih. Malu tahu dilihat yang lain.” Sahut Dina agak kesal.
Bram berjalan sambil memakai jas dan meninggalkan Dina. Sedangkan Dina kembali ke tempat duduknya dengan raut wajah sedikit kesal pada Bram.
Sementara itu Melisa yang berjalan dari ruangan mama bersimpangan dengan Bram.
“Mari om.” Sapa Melisa genit.
Bram hanya mengamati tubuh Melisa yang montok itu tajam. Dengan sedikit senyum nafsu yang terlihat dari bibirnya. Dan meneruskan jalannya menuju parkiran di mana mobilnya terparkir.
“Cepet banget Din kamu di dalam.” Ucap Irma.
“Iya Ir, belum apa-apa dia udah udahan. Ibaratnya belum aku buka baju, udah keluar aja itunya.” Kata Dina agak kesal.
“Hahaha.”
“Kamu kenapa Din? Kok cemberut aja?” tanya Melisa.
“Tanya aja sama Irma Mel.”
“Memang ada apa ir?”
“Ternyata adiknya Bram tak sehebat jabatannya di DPR Mel.” Jawab Irma menjelaskan apa yang terjadi dengan kawannya itu.
Melisa pun tertawa mendengar cerita Irma.
“Terus saja ketawain Mel.” Sahut Dina tambah kesal.
“Jangan ngambek dong Din. Aku punya kabar bagus nih buat kalian-kalian.” Melisa mencoba mencairkan suasana Dina saat itu.
“Jadi tadi aku dipanggil mama di ruangannya. Katanya kita dapat ijin libur lebaran besok Din, Ir. Bagaimana kalian pasti senang kan?”
“Yang benar kamu Mel?” tanya Dina memastikan.
“Beneran Din. Makanya jangan ngambek terus.” Jawab Melisa.
“Jadi mama tadi memanggil kamu buat ngasih tahu itu Mel?’ tanya Irma juga memastikan.
“Iya Ir. Kalian semua dapat libur lebaran besok. Tapi aku harus tinggal di sini beberapa hari.”
“Loh kok gitu Mel? Memang ada apa?” tanya Dina penasaran.
“Tahu tuh mama. Katanya ada orang yang memesanku buat tinggal di rumahnya selama 3 hari. Jadinya aku harus melayaninya.” Cerita Melisa singkat.
“Terus kamu tahu siapa orang itu Mel?” tanya Dina yang masih penasaran.
“Aku juga belum tahu Din. Kata mama juga orang itu tak menyebutkan jati dirinya kok.”
“Ya, sama juga boong dong. Kami liburan kamu tinggal di sini.” Keluh Irma.
“Tenang aja Ir. Lagian cuma 3 hari aja kok. Nanti kalau udah kelar pasti kususul kalian.”
“Udahlah jangan dibahas lagi. Yang penting kita udah dapat ijin libur lebaran. Sekarang aku masih penasaran dengan adiknya Bram Din. Certain lebih lanjut dong?” pinta Melisa pada Dina.
“Ah itu lagi. Males aku kalau nyeritain adiknya Bram.”
“Ayolah Din.” Desak Irma yang juga penasaran.
“Ah kalian ini. Begini saja, kalau kalian mau tahu gimana adiknya Bram. Besok-besok kalau dia kesini suruh buka aja di sini.” Ucap Melisa kesal kalau mengingat Bram.
“Hahaha.”
“Kan Bram sukanya sama kamu Din.” Goda Melisa.
“Ih kamu ya Mel. Dasar.”
“Hahaha.” [] masupik
Share this article :

1 komentar:

  1. Las Vegas Casinos - MapYRO
    Find the best Las Vegas casinos with only 450 slots games. 이천 출장샵 Play hundreds 용인 출장샵 of slot machines 제천 출장샵 and 논산 출장안마 table games with a bonus of up to $3000. 창원 출장샵

    BalasHapus

Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komentar :))

.:: DAFTAR ISI ::.

Archives

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Catetan Masupik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger