"..."
"...
Mas Indra pelan-pelan dong masukinnya." Rintihan Melisa yang membuat Indra
semakin bernafsu.
"Mas,
jangan keluarin di dalam ya. Mas kan gak pakai kondom tadi." Tambah
Melisa.
Tak
ada sahutan dari Indra yang saat itu sedang menikmati setiap inch tubuh Melisa
yang telanjang bulat. Dengan posisi Melisa berada di bawah dan Indra berada di
atas tubuh Melisa.
"Arrgh...
Arrgh... Arrgh..." Eram Indra yang sepertinya sudah mencapai klimaksnya.
"Mas,
jangan keluarin di dalam mas." Kembali Melisa merintih. Satu sisi Melisa
khawatir karena Indra tak pakai kondom, dan satu sisi Melisa menikmati
senggamanya.
Dan
apa yang dilakukan mereka berdua diakhiri dengan eraman Indra yang panjang.
Menandakan kalau dia sudah klimaks, dan cairan itu dikeluarkan di dalam.
"Yah,
kok dikeluarin di dalam sih mas? Nanti kalau aku hamil bagaimana?" kata
Melisa seperti tak khawatir sama sekali.
"Makasih
ya. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang seperti tadi." Kata Indra
dengan senyum lebar serta memberikan kecupan pada Melisa.
Dan
Melisa hanya tersenyum manis menjawabnya. Dalam benak Melisa dan teman-teman
yang lain, ketika para lelaki ini merasakan kenikmatan dan kepuasan. Berarti
uang yang akan masuk ke mereka juga akan semakin banyak.
Mereka
berdua pun segera mengenakan kembali baju-baju yang tadi berserakan di lantai.
"Mel,
kapan-kapan lagi ya!" pinta Indra pada Melisa.
Melisa
kembali tersenyum. Kata-kata seperti itu, sudah sering dia dengar dari berbagai
lelaki yang pernah memakainya. Dan dia selalu menjawabnya dengan senyum manis
senjatanya.
Pintu
kamar Melisa terbuka. Dina dan teman-teman Melisa yang lainnya saat itu sedang
tak ada tamu. Melihat Indra keluar dari kamar terlebih dulu, sontak Dina
menyapanya.
"Mas
Indra, bagaimana Melisa mas?" teriak Dina dengan rokok yang mengasap dari
bibirnya.
Indra
hanya tersenyum. Di belakang Indra keluarlah Melisa yang masih mencoba
merapikan dandanan rambutnya.
"Mas,
kapan-kapan giliran aku ya." Sahut teman Melisa yang lain, Irma.
"Huhuhu."
Ledek Dina dan yang lain yang juga duduk bersama Irma.
Indra
dan Melisa berjalan bersama. Indra langsung pulang. Bergegas karena hari sudah
mulai sore. Sedangkan Melisa menghampiri teman-temannya, yang sedari tadi
menyorakinya terus.
"Laris
benar kamu Mel. Bagi-bagi tips nya dong!" kata Dina.
"Aku
khawatir nih Din. Tadi mas Indra kan gak pakai kondom. Terus dikeluarin di
dalam. Nanti kalau aku hamil, bisa diomelin mama." Cerita Melisa.
"Aduh
Mel. Kenapa gak kamu suruh pakai kondom?"
"Tadi
sebelum masuk kan aku tanya sama kamu. Kamu punya kondom gak? Malah kamu bilang
punya kondom bekas. Stok kondomku habis Din."
"Ya
kirain kamu bercanda. Jadi aku ya bercanda Mel."
"Terus
gimana nih?"
"Sudah
tenang saja. Gak bakal hamil kok. Kamu kan baru selesai mens, jadi belum ada
tuh calon jabang bayi. Kalau gak salah teorinya pas SMA dulu sih kayak gitu."
Jelas Dina.
"Beneran
Din?"
"Iya
tenang saja." Dina meyakinkan Melisa.
Melisa
kembali ke sofa tempatnya tadi. Melanjutkan obrolannya mengenai libur lebaran
esok.
"Mel,
kamu tadi belum menjawab pertanyaanku soal bagaimana kalau kita tidak diberi
ijin sama mama buat libur lebaran?" kata Dina mengingatkan Melisa dengan
pertanyaannya tadi.
"Ah,
gampang lah Din. Nanti uang setoran, kita tambahin saja biar mama senang. Mata
mama kalau udah lihat uang kan jadi luluh."
"Hahaha..."
Semua pelacur yang sedang berkumpul itu tertawa mendengar ucapan Melisa.
"Ya
semoga saja Mel." Kata Dina ragu.
Sementara
itu, di ruangan tempat menerima tamu. Mama sedang berbicara dengan seorang pria
berpakaian rapi. Dari lagatnya seperti anggota DPR.
"...
Gimana pak? Mau pakai yang mana?" kata mama sembari memperlihatkan
foto-foto pelacur-pelacurnya.
"Wah
anak-anak ibu cantik-cantik, seksi, montok. Jadi bingung saya mau pakai yang
mana."
"Kalau
saya boleh usulkan. Yang paling bening di sini Melisa pak. Meskipun dia janda
tapi badannya masih kenyal-kenyal. Tapi dia baru saja dipakai pak."
"Aduh
sayang baru selesai dipakai, nanti kurang semangat dong."
"Hahaha..."
Tawa anggota DPR itu dan mucikari.
"Memangnya
mau perang pak, kok pakai semangat segala? Hahaha." Tambah mucikari.
Suasana
ruangan itupun penuh dengan helak tawa kedua orang ini. Dan suara tawa mereka
berdua sampai di telinga Melisa dan teman-temannya.
"Mel,
mama kenapa tuh? Kayaknya lagi dapat durian montong Mel."
"Tahu
Din. Dapat pelanggan bagus paling. Tapi itu saat yang tepat Din buat kita minta
ijin libur lebaran." Kata Melisa melihat peluang.
"Tapi
yang bilang kamu sendiri saja ya. Kami takut Mel."
"Benar!!!"
yang lain mendukung.
"Loh,
kok aku sendiri? Kan kita liburnya bersama-sama?" ucap Melisa.
"Bukan
begitu Mel. Kamu kan anak kesayangan mama. Jadi mungkin saja, kalau kamu yang
minta ijin bisa dikabulkan."
Belum
sempat Melisa berkata-kata, mama dengan orang yang seperti anggota DPR itu
memanggil Dina.
"Dina..."
Panggil mama.
Dina
beranjak dari tempat duduknya dan mendekati mama.
"Ini
om Bram ajak ke kamar. Jangan lupa, dilayani dengan baik. Om Bram kan anggota
DPR, jadi pelayanannya harus plus plus plus ya." Kata mama mengingatkan
Dina.
“Selamat
sore Dina.” Sapa Bram.
“Sore
om. Mari om ke kamar.” Ajak Dina segera.
Dina
dan Bram itu berjalan menuju kamar. Dan keduanya melewati Melisa dan
teman-temannya yang masih duduk-duduk menunggu tamu lainnya dengan
berbincang-bincang.
“Sore
gadis-gadis, pinjam Dina dulu ya!” ucap Bram menggoda gadis lainnya.
“Jangan
digigit ya om.” Sahut Irma.
Bram
hanya tersenyum dan melirik Irma dengan tatapan penuh birahinya. Dan terus
berjalan sampai Dina dan orang itu masuk ke dalam kamar.
“Dasar
lelaki, mau enaknya saja.” Bisik Melisa.
“Tapi
kalau tak ada orang-orang yang seperti mereka kita juga tak bisa makan Mel.”
“Kalau
saja aku ketua partai dari fraksinya, sudah kupecat dan tak kebiri tuh orang.”
Melisa yang sepertinya tak begitu suka dengan Bram.
“Tapi
kan kamu hanya pelacur Mel. Hahaha…” Sahut Irma dan semua teman-temannya
menertawakan Melisa.
Semua
pelacur itu sedang asyik bercengkerama menunggu tamu-tamu yang lain. Berharap
agar namanya dipanggil oleh mama. Yang berarti setiap panggilan mama akan
mendapatkan uang pamasukan buat mereka.
“Mel…
Melisa.” Teriak mama dari dalam ruangan.
“Mel,
dipanggil mama tuh. Tumben-tumbenan mama manggil kamu lagi. Biasanya kalau kamu
abis dipakai diistirahatkan dulu.” Ucap Irma.
“Tahu
Ir. Aku ke sana dulu ya.”
Melisa
beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruangan tempat mama
memanggilnya. Dan Irma terus memandangi tubuh Melisa yang tampak dari belakang
itu memang sangat seksi dan proporsional untuk ukuran badan seorang janda.
“Tok…
Tok… Tok…”
“Masuk
Mel.”
Melisa
dipersilakan masuk dan dia segera duduk saling berhadapan dengan mama.
“Ada
apa ma?” Melisa memulai percakapan.
“Soal
permintaan kalian untuk libur lebaran besok.” Berhenti sejenak. “Mama
mengijinkan teman-temanmu berlibur. Tapi kamu harus tinggal beberapa hari dulu
di sini.”
“Loh,
kok gitu ma. Memang ada apa?”
“Jadi
begini. Kemarin ada yang menelpon mama. Dia pesan satu perempuan untuk
melayaninya selama 3 hari di rumahnya. Kemudian dia menyebut nama kamu yang
akan menemaninya selama 3 hari.” Cerita mama pada Melisa.
“Tapi
mama tahu nggak siapa pria itu? jangan-jangan Cuma main-main?”
“Pertama
kali mama juga berfikir seperti itu Mel. Tapi paginya ada orang suruhannya yang
memastikan kalau telpon itu benar. Dan kamulah yang pria itu pilih.”
“Mama
tahu nama pria itu?” Melisa yang masih penasaran dengan sosok pria itu.
“Mama
juga gak dikasih tahu siapa nama pria itu Mel. Kemarin orang suruhannya Cuma
meyakinkan mama saja katanya.”
“Ya
sudah kalau begitu. Aku kembali dulu ma.”
“Oh
ya Mel. Kamu kan gadis kesayangan mama, jadi tolong ya!” pinta mama.
“Iya
ma. Aku gak kabur kok.”
Melisa
kembali ke teman-temannya dan melihat kamar dimana Dina dan Bram mengadu badan
sudah terbuka. Terlihat dari kamar tersebut Dina keluar terlebih dulu,
sedangkan Bram keluar setelah Dina.
“Lain
kali lagi ya Din.” Ucap Bram sembari menepuk pantat Dina.
“Ih
apa-apaan sih. Malu tahu dilihat yang lain.” Sahut Dina agak kesal.
Bram
berjalan sambil memakai jas dan meninggalkan Dina. Sedangkan Dina kembali ke
tempat duduknya dengan raut wajah sedikit kesal pada Bram.
Sementara
itu Melisa yang berjalan dari ruangan mama bersimpangan dengan Bram.
“Mari
om.” Sapa Melisa genit.
Bram
hanya mengamati tubuh Melisa yang montok itu tajam. Dengan sedikit senyum nafsu
yang terlihat dari bibirnya. Dan meneruskan jalannya menuju parkiran di mana
mobilnya terparkir.
“Cepet
banget Din kamu di dalam.” Ucap Irma.
“Iya
Ir, belum apa-apa dia udah udahan. Ibaratnya belum aku buka baju, udah keluar
aja itunya.” Kata Dina agak kesal.
“Hahaha.”
“Kamu
kenapa Din? Kok cemberut aja?” tanya Melisa.
“Tanya
aja sama Irma Mel.”
“Memang
ada apa ir?”
“Ternyata
adiknya Bram tak sehebat jabatannya di DPR Mel.” Jawab Irma menjelaskan apa
yang terjadi dengan kawannya itu.
Melisa
pun tertawa mendengar cerita Irma.
“Terus
saja ketawain Mel.” Sahut Dina tambah kesal.
“Jangan
ngambek dong Din. Aku punya kabar bagus nih buat kalian-kalian.” Melisa mencoba
mencairkan suasana Dina saat itu.
“Jadi
tadi aku dipanggil mama di ruangannya. Katanya kita dapat ijin libur lebaran
besok Din, Ir. Bagaimana kalian pasti senang kan?”
“Yang
benar kamu Mel?” tanya Dina memastikan.
“Beneran
Din. Makanya jangan ngambek terus.” Jawab Melisa.
“Jadi
mama tadi memanggil kamu buat ngasih tahu itu Mel?’ tanya Irma juga memastikan.
“Iya
Ir. Kalian semua dapat libur lebaran besok. Tapi aku harus tinggal di sini
beberapa hari.”
“Loh
kok gitu Mel? Memang ada apa?” tanya Dina penasaran.
“Tahu
tuh mama. Katanya ada orang yang memesanku buat tinggal di rumahnya selama 3
hari. Jadinya aku harus melayaninya.” Cerita Melisa singkat.
“Terus
kamu tahu siapa orang itu Mel?” tanya Dina yang masih penasaran.
“Aku
juga belum tahu Din. Kata mama juga orang itu tak menyebutkan jati dirinya
kok.”
“Ya,
sama juga boong dong. Kami liburan kamu tinggal di sini.” Keluh Irma.
“Tenang
aja Ir. Lagian cuma 3 hari aja kok. Nanti kalau udah kelar pasti kususul
kalian.”
“Udahlah
jangan dibahas lagi. Yang penting kita udah dapat ijin libur lebaran. Sekarang
aku masih penasaran dengan adiknya Bram Din. Certain lebih lanjut dong?” pinta
Melisa pada Dina.
“Ah
itu lagi. Males aku kalau nyeritain adiknya Bram.”
“Ayolah
Din.” Desak Irma yang juga penasaran.
“Ah
kalian ini. Begini saja, kalau kalian mau tahu gimana adiknya Bram. Besok-besok
kalau dia kesini suruh buka aja di sini.” Ucap Melisa kesal kalau mengingat
Bram.
“Hahaha.”
“Kan
Bram sukanya sama kamu Din.” Goda Melisa.
“Ih
kamu ya Mel. Dasar.”
“Hahaha.”
[] masupik
Las Vegas Casinos - MapYRO
BalasHapusFind the best Las Vegas casinos with only 450 slots games. 이천 출장샵 Play hundreds 용인 출장샵 of slot machines 제천 출장샵 and 논산 출장안마 table games with a bonus of up to $3000. 창원 출장샵