Berbicara
mengenai masa depan bangsa Indonesia tak mungkin jika kita tak
membicarakan pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan sebagai sarana
serah terima ilmu dan sekolah sebagai lembaga untuk pendidikan peserta
didiknya. Pendidikan sebagai jalan membentuk masa depan bangsa Indonesia
yang dipikul oleh generasi muda saat ini. Namun alangka malangnya
generasi saat ini yang hanya dijadikan kelinci percobaan oleh kaum-kaum
intelek yang menduduki posisi tertinggi dalam dunia pendidikan. Sebagai
kelinci percobaan mengenai eksperimen penggunaan kurikulum yang tepat
untuk karekter bangsa Indonesia.
Berbagai
macam kurikulum telah digunakan dan digantikan dengan kurikulum yang
katanya memperbaiki dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Sebelum
melangkah menuju berbagai kurikulum yang pernah diterapkan di dunia
pendidikan Indonesia. Akan lebih baik jika kita mengetahui sebenarnya
apa yang dinamakan kurikulum. Dikutip dari Wikipedia, kurikulum
sendiri adalah seperangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu
periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Dari pengertian kurikulum tadi, coba berfikir sejenak mengenai kalimat “yang akan diberikan kepeda peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.” Dan juga kalimat “disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.” Dari
kedua kalimat tersebut menandakan kalau selama ini kurikulum yang
diberikan kepada peserta didik hanya sebuah pemikiran yang berorientasi
pada kebutuhan lapangan pekerjaan atau perusahaan yang nantinya para
peserta didik akan terjun langsung ketika telah lulus. Tapi kurikulum
yang ada bukan untuk memproduksi sebuah output yang nantinya bukan hanya
dibutuhkan dalam pekerjaannya tapi lapangan pekerjaanlah yang akan
mendatanginya.
Inilah
mengapa kebanyakan juara olimpiade sains tingkat dunia banyak
dimenangkan pelajar-pelajar dari Indonesia. Oke, memang bagus sekali
bisa mengahrumkan nama bangsa Indonesia di kanca dunia. Namun mari kita
tengok proses yang dialami para pelajar sehingga bisa menjadi juara
olimpiade sains. Mereka setiap harinya digembleng untuk
menyelesaikan soal-soal olimpiade oleh seorang guru yang guru tersebut
dulunya juga pernah menjadi juara olimpiade sains. Dia (guru) menularkan
pengalamannya dalam mengerjakan berbagai macam soal kepada para
siswanya. Ini berarti sang guru mengkopikan pengetahuannya kepada
siswanya dan siswanya menerima mentah-mentah kopian tersebut tanpa harus
mengolahnya lagi. Sedangkan yang dibutuhkan dalam pendidikan sebagai
sarana serah terima ilmu bukanlah demikian. Tetapi, ketika sang guru
memberika dasar dan konsep suatu mata pelajaran kemudian para siswa
sendiri yang mengolah dasar dan konsep tersebut. Akan dia jadian apa itu
adalah kreasi kreatifitas masing-masing siswa sesuai karakter
masing-masing.
Dan
baru sekaranglah kurikulum 2013 yang dipakai di Indonesia sebagai
kurikulum yang lebih menekankan siswa untuk lebih aktif dan peran guru
sebagai pendamping siswa ketika terjadi keingin tahuan yang lebih dari
siswa. Jadi meskipun siswa yang harus lebih aktif namun guru tak
seharunya menjadi lebih pasif.
Perkembangan
kurikulum di Indonesia telah mengalami berbagai perbaikan. Baik
perbaikan di bidang pengajaran, waktu belajar, atau hanya sekedar
perbaikan pendekatan terhadap siswa sendiri.
Beberapa
kurikulum yang pernah ada di Indonesia seperti. Rencana Pelajaran 1947,
kurikulum ini merupakan kurikulum yang masih dipengaruhi oleh sistem
pendidikan Belanda dan Jepang. Jadi sifatnya hanya meneruskan yang
sifatnya masih separated curriculum.
Rencana
Pelajaran Terurai 1952, setelah sebelumnya Rencana Pelajaran 1947 yang
ada di Indonesia kemudian digantikan atau lebih tepatnya diperbaiki
dalam kurikulum 1952. Yang menjadi ciri khas dari kurikulum ini yaitu
setiap pelajarannya selalu dikatikan dengan lehidupan yang ada
sehari-hari.
Rentjana
Pendidikan 1964, pada kurikulum ini pemerintah lebih mengacu dalam
pendidikan di Indonesia untuk penegembangan moral kepribadian,
kecerdasan otak, emosional serta artistic dan jasmani.
Kurikulum
1968, terjadi perubahan struktur kurikulum dari pendiikan panca
wardhana dirubah menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahua ilmu dasar
serta kecakapan khusus.
Kurikulum
1975, lebih menekan pada pendekatan integrative yang artinya setiap
pelajaran yang diajarkan memiliki arti serta penanan lain yang menunjang
tercapainya tujuan yang tentunya lebih integratie dan menekan pada
efisien dalam hal daya serta waktu.
Kurikulum
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) 1984, cirri khas dari kurikulum ini
yaitu berorientasi terhadap tujuan awal instruksional serta pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa atau anak didik dan menjadikan
siswa lebih aktif.
Kurikulum1994
dan Suplemen Kurikulum 1999, dalam kurikulum ini pemerintah
memberlakukan sistem kurikulum yang berlaku untuk seluruh instansi
pendidikan yang berada di Indonesia. Kurikulum yang ada ini berdifat
inti dan sangat penting sehingga daerah yang khusus akan dapat
mengembangkan sistem pengajaran sendiri yang tentunya telah disesuaikan.
Kurikulum ini terbentuk sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU
No. 22 dan 25 tentang Otonomi Daerah.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, kurikulum ini menekan pada keseimbangan soft skill dan hard skill para
siswa. Melaluli sistem ini para siswa dididik sampai memenuhi
kompetensi kelulusan sehingga dapat memenuhi apa yang diharapkan oelh
lapangan pekerjaan. Pada tahun 2004 lah Sekolah Menengah Kejuruan mulai
booming dengan kurikulum yang memang menuntut siswa ahli dalam praktek
bukan hanya dalam teori.
KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, pada kurikulum ini kegiatan
operasional disusun oleh dan dilaksanakan sekolah. Pada kurikulum ini
menekan pada ketercapaian dan kemampuan kompetensi siswa baik secara
individual maupun secara kelompok. Penyampaian dalam hal pembelajaran
harus menggunakan pendekatan serta metode dengan berbagai variasi.
Sumber belajar pun bukan hanya oleh guru kelas, tetapi juga pada sumber
belajar yang ada lainnya yang syarat atau memenuhi unsur edukatif.
Dan yang terakhir dan yang digunakan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Penekanan pada kurikulum ini terdapat 6 poin mendasar :
- Terkait dengan penataan sistem perbukuan.
- Penataan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di dalam penyiapan dan pengadaan guru
- Penataan terhadap pola pelatihan guru.
- Memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler, serte penguatan peran guru Bimbingan dan Konseling (BK).
- Terkait dengan memperkeuat NKRI melalui kegiatan pramuka, peserta didik mendapatkan lebih pendidikan karakter, baik menyangkut nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, toleransi dan lain-lain.
- Memperkuat integrasi pengetahuan – bahasa – budaya.
Berbagai
macam kurikulum telah hadir dan pernah diterapkan di Negara Indonesia.
Lantas apakah berbagai macam kurikulum yang ada ini menjadikan cermin
pendidikan di Indonesia bahwa kualitas pendidikannya masih belum
memenuhi syarat, belum bisa dikatakan terbaik, dan juga belum bisa
dikatakan pas sesuai budaya dan karakter bangsa Indonesia.
Meskipun
berbagai macam kurikulum pernah diterapkan dan diperbaiki apakah kami
para peserta didik akan tetap menjadi kelinci percobaan kurikulum dengan
hipotesis-hipotesis yang sampai saat ini belum terpecahkan? Ataukah
kami (peserta didik) hanya sebagai alat untuk mengharumkan nama bangsa
Indonesia di kanca dunia sebagai juara olimpiade sains?
Kalau
memang sistem pendidikan yang sudah ruwet-runyam ini susah dan sulit
untuk diperbaiki mengapa tak kita coba untuk memperbaiki kualitas guru
dan para peserta didik sebagai objek ini? Tentunya hanya mereka yang di
atas kursi parlemenlah yang bisa mengetuk palu setuju untuk memperbaiki
objek itu. Dan tak lupa kita sebagai warga juga membantu kerja parlemen
dalam memperbaiki pendidikan di Negara kita. Bukan malah sengaja
berduduk ria melihat kejadian tak kasat mata yang sering terjadi di
parlemen. Sedikit perubahan mungkin bisa merubah daru re-produksi
menjadi bangsa yang siap mem-produksi generasi-generasi yang siap dengan
tantangan-tantangan globalisasi. [] masupik
0 komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komentar :))