Home » » Hipotesis Kurikulum di Indonesia

Hipotesis Kurikulum di Indonesia

Written By Hakim on 22/04/14 | 12.41

Berbicara mengenai masa depan bangsa Indonesia tak mungkin jika kita tak membicarakan pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan sebagai sarana serah terima ilmu dan sekolah sebagai lembaga untuk pendidikan peserta didiknya. Pendidikan sebagai jalan membentuk masa depan bangsa Indonesia yang dipikul oleh generasi muda saat ini. Namun alangka malangnya generasi saat ini yang hanya dijadikan kelinci percobaan oleh kaum-kaum intelek yang menduduki posisi tertinggi dalam dunia pendidikan. Sebagai kelinci percobaan mengenai eksperimen penggunaan kurikulum yang tepat untuk karekter bangsa Indonesia.
Berbagai macam kurikulum telah digunakan dan digantikan dengan kurikulum yang katanya memperbaiki dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Sebelum melangkah menuju berbagai kurikulum yang pernah diterapkan di dunia pendidikan Indonesia. Akan lebih baik jika kita mengetahui sebenarnya apa yang dinamakan kurikulum. Dikutip dari Wikipedia, kurikulum sendiri adalah seperangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Dari pengertian kurikulum tadi, coba berfikir sejenak mengenai kalimat “yang akan diberikan kepeda peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.” Dan juga kalimat “disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.” Dari kedua kalimat tersebut menandakan kalau selama ini kurikulum yang diberikan kepada peserta didik hanya sebuah pemikiran yang berorientasi pada kebutuhan lapangan pekerjaan atau perusahaan yang nantinya para peserta didik akan terjun langsung ketika telah lulus. Tapi kurikulum yang ada bukan untuk memproduksi sebuah output yang nantinya bukan hanya dibutuhkan dalam pekerjaannya tapi lapangan pekerjaanlah yang akan mendatanginya.
Inilah mengapa kebanyakan juara olimpiade sains tingkat dunia banyak dimenangkan pelajar-pelajar dari Indonesia. Oke, memang bagus sekali bisa mengahrumkan nama bangsa Indonesia di kanca dunia. Namun mari kita tengok proses yang dialami para pelajar sehingga bisa menjadi juara olimpiade sains. Mereka setiap harinya digembleng untuk menyelesaikan soal-soal olimpiade oleh seorang guru yang guru tersebut dulunya juga pernah menjadi juara olimpiade sains. Dia (guru) menularkan pengalamannya dalam mengerjakan berbagai macam soal kepada para siswanya. Ini berarti sang guru mengkopikan pengetahuannya kepada siswanya dan siswanya menerima mentah-mentah kopian tersebut tanpa harus mengolahnya lagi. Sedangkan yang dibutuhkan dalam pendidikan sebagai sarana serah terima ilmu bukanlah demikian. Tetapi, ketika sang guru memberika dasar dan konsep suatu mata pelajaran kemudian para siswa sendiri yang mengolah dasar dan konsep tersebut. Akan dia jadian apa itu adalah kreasi kreatifitas masing-masing siswa sesuai karakter masing-masing.
Dan baru sekaranglah kurikulum 2013 yang dipakai di Indonesia sebagai kurikulum yang lebih menekankan siswa untuk lebih aktif dan peran guru sebagai pendamping siswa ketika terjadi keingin tahuan yang lebih dari siswa. Jadi meskipun siswa yang harus lebih aktif namun guru tak seharunya menjadi lebih pasif.
Perkembangan kurikulum di Indonesia telah mengalami berbagai perbaikan. Baik perbaikan di bidang pengajaran, waktu belajar, atau hanya sekedar perbaikan pendekatan terhadap siswa sendiri.
Beberapa kurikulum yang pernah ada di Indonesia seperti. Rencana Pelajaran 1947, kurikulum ini merupakan kurikulum yang masih dipengaruhi oleh sistem pendidikan Belanda dan Jepang. Jadi sifatnya hanya meneruskan yang sifatnya masih separated curriculum.
Rencana Pelajaran Terurai 1952, setelah sebelumnya Rencana Pelajaran 1947 yang ada di Indonesia kemudian digantikan atau lebih tepatnya diperbaiki dalam kurikulum 1952. Yang menjadi ciri khas dari kurikulum ini yaitu setiap pelajarannya selalu dikatikan dengan lehidupan yang ada sehari-hari.
Rentjana Pendidikan 1964, pada kurikulum ini pemerintah lebih mengacu dalam pendidikan di Indonesia untuk penegembangan moral kepribadian, kecerdasan otak, emosional serta artistic dan jasmani.
Kurikulum 1968, terjadi perubahan struktur kurikulum dari pendiikan panca wardhana dirubah menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahua ilmu dasar serta kecakapan khusus.
Kurikulum 1975, lebih menekan pada pendekatan integrative yang artinya setiap pelajaran yang diajarkan memiliki arti serta penanan lain yang menunjang tercapainya tujuan yang tentunya lebih integratie dan menekan pada efisien dalam hal daya serta waktu.
Kurikulum CBSA  (Cara Belajar Siswa Aktif) 1984, cirri khas dari kurikulum ini yaitu berorientasi terhadap tujuan awal instruksional serta pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau anak didik dan menjadikan siswa lebih aktif.
Kurikulum1994 dan Suplemen Kurikulum 1999, dalam kurikulum ini pemerintah memberlakukan sistem kurikulum yang berlaku untuk seluruh instansi pendidikan yang berada di Indonesia. Kurikulum yang ada ini berdifat inti dan sangat penting sehingga daerah yang khusus akan dapat mengembangkan sistem pengajaran sendiri yang tentunya telah disesuaikan. Kurikulum ini terbentuk sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang Otonomi Daerah.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, kurikulum ini menekan pada keseimbangan soft skill dan hard skill para siswa. Melaluli sistem ini para siswa dididik sampai memenuhi kompetensi kelulusan sehingga dapat memenuhi apa yang diharapkan oelh lapangan pekerjaan. Pada tahun 2004 lah Sekolah Menengah Kejuruan mulai booming dengan kurikulum yang memang menuntut siswa ahli dalam praktek bukan hanya dalam teori.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, pada kurikulum ini kegiatan operasional disusun oleh dan dilaksanakan sekolah. Pada kurikulum ini menekan pada ketercapaian dan kemampuan kompetensi siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Penyampaian dalam hal pembelajaran harus menggunakan pendekatan serta metode dengan berbagai variasi. Sumber belajar pun bukan hanya oleh guru kelas, tetapi juga pada sumber belajar yang ada lainnya yang syarat atau memenuhi unsur edukatif.
Dan yang terakhir dan yang digunakan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Penekanan pada kurikulum ini terdapat 6 poin mendasar :
  1. Terkait dengan penataan sistem perbukuan.
  2. Penataan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di dalam penyiapan dan pengadaan guru
  3. Penataan terhadap pola pelatihan guru.
  4. Memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler, serte penguatan peran guru Bimbingan dan Konseling (BK).
  5. Terkait dengan memperkeuat NKRI melalui kegiatan pramuka, peserta didik mendapatkan lebih pendidikan karakter, baik menyangkut nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, toleransi dan lain-lain.
  6. Memperkuat integrasi pengetahuan – bahasa – budaya.
Berbagai macam kurikulum telah hadir dan pernah diterapkan di Negara Indonesia. Lantas apakah berbagai macam kurikulum yang ada ini menjadikan cermin pendidikan di Indonesia bahwa kualitas pendidikannya masih belum memenuhi syarat, belum bisa dikatakan terbaik, dan juga belum bisa dikatakan pas sesuai budaya dan karakter bangsa Indonesia.
Meskipun berbagai macam kurikulum pernah diterapkan dan diperbaiki apakah kami para peserta didik akan tetap menjadi kelinci percobaan kurikulum dengan hipotesis-hipotesis yang sampai saat ini belum terpecahkan? Ataukah kami (peserta didik) hanya sebagai alat untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia di kanca dunia sebagai juara olimpiade sains?
Kalau memang sistem pendidikan yang sudah ruwet-runyam ini susah dan sulit untuk diperbaiki mengapa tak kita coba untuk memperbaiki kualitas guru dan para peserta didik sebagai objek ini? Tentunya hanya mereka yang di atas kursi parlemenlah yang bisa mengetuk palu setuju untuk memperbaiki objek itu. Dan tak lupa kita sebagai warga juga membantu kerja parlemen dalam memperbaiki pendidikan di Negara kita. Bukan malah sengaja berduduk ria melihat kejadian tak kasat mata yang sering terjadi di parlemen. Sedikit perubahan mungkin bisa merubah daru re-produksi menjadi bangsa yang siap mem-produksi generasi-generasi yang siap dengan tantangan-tantangan globalisasi. [] masupik
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komentar :))

.:: DAFTAR ISI ::.

Archives

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Catetan Masupik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger