PERNAHKAH kalian melihat berita di tv mengenai sebuah bencana yang
terjadi di suatu wilayah? Kemudian di berita tersebut, disebutkan bahwa banyak
memakan korban. Tidak hanya puluhan atau ratusan korban, tapi bisa menyampai
ribuan bahkan ratusan ribu. Kemudian dari belakang anda terdengar celethukan
seperti ini: suatu bencana terjadi karena Tuhan telah marah pada orang
yang berada di daerah tersebut. Karena daerah tersebut acap kali melakukan
maksiat, sehingga diturunkan musibah yang
sedemikian rupa. Pasti di antara kalian ada yang pernah mengalaminya
dan ada yang tidak pernah mengalaminya. Bagi yang belum pernah mengalaminya,
kita singkirkan terlebih dahulu.
Bagi kalian yang pernah mendengar kata-kata yang saya buat tebal
atau hampir mirip. Marilah kita sejenak berfikir. Jangan hanya menelan
mentah-mentah suatu pendapat yang ada.
Kita ambil contoh musibah gempa bumi. Kalian tahu gempa bumi itu
apa? Bagi yang belum tahu saya akan mencoba sedikit menjelaskan. Meminjam
penjelasan dari situs bmkg.go.id/bmkg_pusat, disebutkan bahwa gempa bumi adalah
peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara
tiba-tiba yang ditandai oleh patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Itu
adalah definisi secara umum dari gempa bumi. Lantas apa hubungannya dengan
statemen yang dicetak tebal di atas? Ini penjelasannya.
Setelah tahu definisi gempa bumi seperti di atas. Pertanyaan
selanjutnya adalah apa penyebab dari patahnya lapisan pada kerak bumi tersebut?
Jawaban dari pertanyaan tersebut akan kucoba jelaskan. Masih dikutip dari
sumber yang sama. Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah
menjadi beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras
kerak bumi yang mengapung di atas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu,
lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama
lain.
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfer, merupakan batuan yang
relative dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi yang padat dan kaku.
Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel.
Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku,
sehingga dapat bergerak sesuai dengan pendistribusian panas yang kita kenal
sebagai aliran konveksi. Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir
padat dan terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Umumnya
gerakkan ini berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia, namun
terukur sebesar 0-15 Cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan
saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus
sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat
menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan energi secara mendadak yang
kita kenal sebagai gempa bumi.
Penjelasan di atas adalah proses terjadinya gempa bumi yang selama
ini kerap kali kita sangkut pautkan dengan azab Tuhan. Lantas mengapa sering
kali terjadi di suatu wilayah yang jika ditelusuri dalam sudut pandang agama,
wilayah tersebut memang jauh dari kata taat beragama? Pertanyaan yang bagus.
Tapi mari kita tengok lagi, kejadian tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu?
Kalian tentunya tahu kota Aceh adalah sebagai “serambi Makkah” bukan? Peraturan
agama sangat diberlakukan di Aceh. Tapi nyatanya gempa bumi yang mengakibatkan
tsunami besar bertamu di Aceh? Jadi apakah itu azab Tuhan? Kalau menurutku itu
bukan azab, tapi itu memang sepenuhnya alam yang memang sudah waktunya
meledakan energi yang terkumpul karena kerak bumi yang sudah tak sanggup
menahan pergerakan mantel bumi. Ditambah lagi, Negara Indonesia memang Negara
yang rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik.
Dan tentunya segala sesuatu bisa terjadi karena kehendakNya. Kalau sudah
saatnya, siapapun tak bisa melawan atau sekedar menahan. Dan sekali lagi, itu
bukan sebuah azab.
Terlepas dari itu semua. Jikalau memang Tuhan marah pada kita
mahkluknya, apakah itu malah bukan bertentangan dengan sifat Tuhan (Allah) yang
Maha Penyabar? Dan satu lagi, kita hidup di zaman nabi Muhammad. Yang artinya
segala azab dan pembalasan tidak diturunkan secara langsung dan seketika itu
pula. Tapi kelak di hari pembalasan. Berbeda dengan kaum zaman nabi Nuh, nabi
Musa yang ketika umat nabi Musa membangkang terhadap perintah Tuhan, seketika
itu pula azab akan turun. Dan itu bukti sifat Allah yang Maha Penyabar.
Jadi dapat kita ambil kesimpulan kecil, bahwa selama ini segala
sesuatu gejala alam adalah memang gejala alam yang menggambarkan kekuasaanNya,
maha besarNya, keperkasaaanNya.
Satu lagi, jangan menyalahkan sebuah pendapat atau statemen apapun.
Tapi berfikirlah dan cari segala macam referensi sehingga kamu akan mendapatkan
pendapat sendiri. Bisa jadi kau setuju dengan pendapat yang ada dan tak jarang
jika pendapat lainnya kontra dengan pendapat yang lain. Tapi jangan bawa iman
ketika kalian berfikir, karena iman itu dengan hati sedangkan berfikir dengan
akal. Kalau kalian beriman dengan akal, tak akan sanggup kalian menemukan
kebenarannya. Tapi berfikirlah dengan akal yang dibarengi dengan iman sepenuh
hati. Karena dengan iman sepenuh hati, betapapun tak masuk akalnya yang kita
pikirkan, kita tetap meyakininya kalau itu benar-benar ada. [] masupik
0 komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komentar :))